Senin, 10 Februari 2014
Banten dan Internasional
Siklus masa lalu sepertinya akan kembali terulang di tanah Banten. Betapa tidak, Banten yang di masa lalu pernah berjaya di bawah pemerintahan kesultanan di Benten Lama sebagai kesultanan yang besar dan dikenal oleh dunia Internasional karena kekuatan dan kekayaan yang dimilikinya akan kembali mengulang kejayaannya dalam beberapa tahun mendatang. Jika dahulu Banten memiliki pelabuhan Karangantu yang menjadi pusat perdagangan Internasional yang banyak disinggahi para pedagang dari benua Asia, Afrika, dan Eropa setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten edisi revisi kedua), maka saat ini Banten akan kembali Berjaya dengan kembali menjadi pusat jalur perdagangan Internasional dengan berdirinya Jembatan Selat Sunda .
Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang
Banten tengah mempersiapkan diri mengencangkan tali ikat sepatu untuk dapat
berlari kencang mengejar impian tersebut selama beberapa tahun kedepan.
Euphoria tentang rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang ditaksir
akan menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia pun tidak bisa di elakkan
tengah berhembus kencang di wajah para masyarakat Banten saat ini. Seluruh
persiapan pun kian hari kian mantap dipersiapkan dalam rangka menyambut
kembalinya siklus kejayaan Banten yang pernah dirasakan ratusan tahun yang
lalu.
Situasi yang jarang-jarang terjadi
ini tentu sangat diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal dan menyeluruh
sehingga momentum besar ini dapat terwujud sebagai titik balik kejayaan Banten
di masa mendatang dimana Banten dapat kembali tampil menjadi salah satu wajah
dari pusat jalur perdagangan dunia. Menyikapi momentum ini, agak riskan memang
jika kita terlarut dalam euphoria dan kesenangan semata tanpa membenahi diri
menyambut datangnya kembali saat-saat bahagia itu.
Banyak yang harus dipersiapkan oleh
Banten dalam menyambut kembalinya siklus kejayaan tersebut, selain kesiapan
dalam pembangunan JSS sendiri tentunya. Perpres No 86/Tahun 2011 pada 2
Desember 2011 tentang Pembangunan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat
Sunda agaknya cukup jelas menggambarkan bahwa kita harus mempersiapkan diri mengenai
pembangunan JSS sendiri, akan tetapi di luar itu semua nyatanya terdapat
hal-hal lain yang juga mesti dipersiapkan oleh masyarakat Banten agar siklus
kejayaan dapat kembali dirasakan di tanah Banten.
MEMUNCULKAN
& MENGUATKAN DNA
Kehadiran rencana pembangunan JSS
yang menjadi agenda pembangunan nasional dan
juga menjadi agenda pembanguna Provinsi Banten memang telah menjadi buah
bibir di kalangan masyarakat luas. Beriringan dengan hal ini, tentu terdapat
hal-hal lain yang juga perlu dipersiapkan dalam mengimbangi agenda pembangunan
akbar tersebut. Salah satu hal yang dirasa perlu dipersiapkan adalah tentang
bagaimana kita dapat kembali memunculkan serta menguatkan DNA atau ciri khusus
dari masyarakat Banten itu sendiri. Hal ini tentu merupakan pekerjaan rumah
yang cukup serius bagi pemerintah serta seluruh elemen masyarakat di Banten.
Bagaimana tidak, ditengah-tengah perkembangan arus globalisasi yang begitu
pesatnya menerpa masyarakat saat ini, baik melalui internet, media massa,
elektronik dan sebagainya, tetapi kita dituntut untuk bisa tetap kembali
memunculkan dan menguatkan DNA dari masyarakat kita sendiri.
Menyikapi pekerjaan rumah tersebut,
ada beberapa pilihan yang sebenarnya dapat dipilih oleh pemerintah serta
seluruh elemen masyarakat di Banten untuk bisa kembali memunculkan serta
menguatkan DNA dari masyarakat Banten. Yang pertama
adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan adalah salah satu jalur yang
dirasa strategis untuk dapat mengaktualisasikan tujuan tersebut. Mengapa ?
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sektor pendidikan adalah sektor yang
begitu erat bersinggungan dengan generasi muda yang tentu juga menjadi acuan
masa depan bangsa, melalui hal ini kita dapat membudayakan serta sekaligus
menyiapkan benih-benih generasi muda yang dipersiapkan untuk mampu melestarikan
DNA yang kita miliki selama berabad-abad ke depan.
Pilihan yang kedua adalah sektor budaya dan pariwisata. Kekayaan budaya dan
pariwisata di Banten memang bukanlah sesuatu hal yang diragukan lagi, meskipun
demikian nyatanya masih banyak hal yang belum teroptimalkan dari potensi-potensi
yang kita miliki tersebut. Masih banyak potensi-potensi pariwisata yang sejatinya
memiliki nilai benefit yang cukup tinggi namun menjadi kurang berarti karena
tidak didikungnya faktor-faktor penunjang yang strategis seperti akses jalan
dan lainnya secara baik dan menyeluruh.
Tidak berbeda jauh dengan itu, sektor budaya Banten juga memiliki nilai
filosofis dan historis yang begitu mendalam, akan tetapi hal ini nampaknya
masihlah belum mampu menjadi kepunyaan atau milik kita bersama. Budaya-budaya
kearifan lokal masyarakat Banten dirasa masih menjadi milik sebagian orang di
pedalaman, di pinggiran, atau di desa-desa dan di daerah-daerah khusus di
Banten. Padahal sejatinya budaya itu bukanlah hanya untuk yang tua, tetapi juga
yang muda, bukan juga hanya untuk yang di desa, tetapi juga yang di kota, serta
bukan hanya untuk penduduk asli Banten, tetapi juga untuk para pendatang. Jika
sektor budaya ini sudah bisa menjadi bagian dari apa yang dimiliki oleh
masyarakat secara menyeluruh, maka tentu di masa depan kelak kita tidak perlu
lagi khawatir akan hilangnya DNA kita.
MEMANDANG GLOBALISASI
SECARA BIJAK
Kembali pada persiapan menyambut
kembalinya siklus kejayaan Banten di masa lalu, tentu hal lain yang tidak kalah
penting untuk diperhatikan adalah bagaimana untuk bisa menyiapkan diri kita menjadi
bagian dari masyarakat dunia internasional. Dengan berdirinya JSS nanti, tidak
bisa dipungkiri lagi tentu akan mengalihkan seluruh pandangan mata masyarakat
dunia tertuju pada Indonesia dan Banten. Dengan situasi seperti ini maka
keterbukaan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat akan menjadi mutlak
penting adanya. Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang di pandang kolot di
mata dunia nantinya karena kita tidak mampu memandang globalisasi serta apa-apa
yang terjadi dan berkembang di sekitar kita secara bijaksana.
Hal
ini tentu menjadi pekerjaan rumah lainnya yang tidak bisa disepelekan, namun
tidak juga mesti dibesar-besarkan. Mengapa ? Karena kita masih bisa berkaca
pada Bali. Bali dengan segenap kekayaan dan kemelimpahan budaya yang ada
nyatanya masih mampu eksis dan hadir di mata dunia dengan tetap menjadi Bali
yang memandang globalisasi secara bijak dan jujur apa adanya, namun tidak
kolot.
Dengan segala macam upaya serta
persiapan yang optimal, harapan untuk dapat kembalinya siklus kejayaan Banten
di masa lalu agaknya merupakan hal yang sangat mungkin serta masuk akal untuk
kita rasakan kembali dengan berdirinya JSS sebagai tali penghubung Banten dan
Internasional, yang juga menghubungkan kejayaan Banten di masa lalu dengan
sekarang.
(*) Tulisan ini pernah dimuat di Harian Umum Radar Banten edisi 11 Mei 2012
Kebanggaan di Era Global
Gencarnya laju globalisasi yang menjelma
dalam wujud triple “T” Revolution (Telecommunication, Transportation, Trade) kian hari kian kencang
menerjang seluruh negeri. Tidak bisa dipungkiri, laju perkembangan tersebut
telah memengaruhi pelbagai aspek dalam sendi kehidupan berbangsa.
Keadaan ini
tentu patut dimafhumi adanya, mengingat pesatnya perkembangan zaman yang terus
berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya di kota-kota besar dengan pertumbuhan
penduduk dan ekonomi yang terus melaju, tetapi juga di daerah-daerah yang
tersebar di pelbagai penjuru. Kini, baik kota besar maupun daerah-daerah
berkembang, hampir semuanya telah terhubung dengan laju globalisasi yang terus
menderu. Hal ini tentu baik adanya, karena dengan itu nantinya masyarakat akan
jauh lebih terdorong untuk bisa berkembang maju ke depan. Akan tetapi, agaknya patut
kita sadari bersama bahwa pesatnya arus globalisasi akan menjadi bumerang bagi
kita sendiri mana kala tidak disikapi secara arif dan bijaksana, karena hal itu
akan dapat mengarah pada tergerusnya nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa.
Karakter budaya suatau bangsa tentu menjadi hal yang
teramat vital keberadaanya. Lebih jauh, Wajiran (2012) mengatakan dalam
tulisannya yang berjudul Ancaman Invasi
Budaya Amerika bahwa kebudayaan memiliki peran penting di dalam kehidupan
manusia. Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia. Oleh karena itu, dari
kebudayaanlah seseorang atau sutau komunitas dikatakan beradab atau tidak beradab.
Sebuah negera akan dikenal dan dihormati karena keluhuran budayanya. Itu
sebabnya negara-negara maju selalu menjastifikasi keberadaban negaranya dengan
keunggulan produk budayanya. Tidak berbeda dengan itu, seluruh warga Indonesia
pun sejatinya dinilai perlu untuk bisa membangun kebanggaan terhadap negaranya
sendiri guna menguatkan eksistensi dan idealismenya dalam menyikapi arus pesat
globalisasi dunia.
URGENSI PENGUATAN NILAI-NILAI LUHUR BANGSA
Budaya memang tak ubahnya seperti
pisau bermata dua. Dengannya, kita dapat diuntungkan bila mampu menggunakannya
dengan baik. Namun, bisa juga mencelakakan mana kala kita keteteran mengelola
dan menyikapinya secara arif. Terlepas dari itu, budaya memiliki porsi yang
cukup besar dalam memengaruhi segala sektor pertumbuhan bangsa. Baik sektor
ekonomi, sosial, keamanan dan lainnya. Semuanya tidak terlepas dari pengaruh berbudaya
itu sendiri. Indonesia sebagai salah satu negeri dengan berjuta keberagaman
budaya yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur, tentu menjadi sebuah
potensi yang begitu mahal harganya guna meningkatkan harkat dan martabat bangsa
di masa depan nanti. Sayangnya, segala keberlimpahan karunia tersebut belum
mampu termanfaatkan oleh kita dengan sebaik mungkin.
Pergerusan
nilai-nilai budaya bangsa yang kian hari kian kusut karena terus-terusan
terkontaminasi budaya luar sudah tidak terelakkan lagi adanya. Parahnya lagi,
pergerusan serta degradasi yang terjadi tersebut begitu gencar menerpa para
generasi muda, yang mana kelak akan menjadi para pemimpin bangsa. Oleh
karenanya, keberadaan peran pemerintah dalam menjaga eksistensi nilai-nilai
luhur, khususnya nlai-nilai dari 4 pilar
kebangsaan menjadi penting dirasa. Penguatan akan nilai-nilai luhur bangsa tersebut
nantinya akan menjadi oase tersendiri bagi krisis yang tengah dialami oleh
bangsa kita saat ini, dimana kebudayaan yang humanis telah hilang dan menjelma
ke dalam pelbagai bentuk permasalahan seperti konflik, perseteruan dan
perpecahan yang berkepanjangan.
SINERGISITAS MEMBANGUN BANGSA
Selain proses penguatan nilai-nilai
bangsa, hal lain yang tidak kalah penting yakni membangun sinergisitas dalam
pelbagai kemajemukan yang ada. Seperti yang kita ketahui bersam bahwa Indoensia
memiliki jutaan keanekaragaman budaya dan potensi, yang sudah barang tentu akan
menjadi lebih optimal nantinya bila ditunjang dengan sinergisitas yang baik. Dalam
hal ini, pilar Bhineka Tunggal Ika
tentu menjadi salah satu pilar yang butuh diaplikasikan dengan komitmen penuh
oleh kita semua. Tanpa adanya hal tersebut, maka segala kemajemukan yang ada
bukan tidak mungkin akan menjadi akar perpecahan antar satu dan lainnya.
Untuk mendorong terciptanya
sinergisitas yang bertujuan pada terciptanya ketahanan dalam menghadapi era
persaingan global, Ittihad Amin, Z (2007: 4.61) menjelaskan bahwa setidaknya kita
perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek
kehidupan (astagrata). Kekuatan yang mencakup pada aspek geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam
seharusnya dapat dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan lagi kedepannya.
Sementara, untuk pelbagai kelemahan yang ada, perlu segera ditangani secara
komprehensif sehingga kelemahan-kelemahan yang ada tidak menjadi batu ganjalan
nantinya untuk kita membangun bangsa.
Selain
itu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterpaduan pembangunan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta sektor-sektor yang ada juga
menjadi hal penting yang harus digarisbawahi oleh kita bersama. Dengan
memerhatikan kesemua hal itu, maka sinergisitas bukan tidak mungkin akan bisa
kita capai bersama.
SAATNYA BANGGA MENJADI ANAK BANGSA
Hal terakhir yang tidak kalah
penting dalam menyikapi persaingan global yang begitu pesat nantinya adalah
mengenai mental dan semangat kita untuk bisa menjadi anak bangsa yang seutuhnya
bangga kepada negeri kita tercinta. Meskipun ini terbilang sederhana, namun
nyatanya ini adalah hal yang begitu urgen. Tidak bisa dipungkiri bahwa mental
adalah suatu hal mendasar yang dibutuhkan oleh suatu bangsa, terlebih ketika
akan masuk dalam medan persaingan global. Mental bahkan dapat dianalogikan
layaknya pendirian yang mampu meneguhkan siapa saja yang tengah kebingungan di dalam
jurang kegamangan. Tanpa mental, maka kita hanya akan menjadi bangsa yang
terombang-ambing dalam kebingungan karena tidak memiliki pegangan.
Mental tentu tidak terbentuk secara
instant. Ia perlu dibangun dan dipupuk sedini mungkin, tentunya dengan peran
aktif pemerintah, masyarakat, media serta pihak-pihak lainnya. Akhirnya, dengan
penguatan nilai-nilai luhur bangsa serta membangun sinergi secara komprehensif
dan terintegrasi yang ikut disertai oleh mental juang yang tinggi, maka bukan
tidak mungkin Indonesia akan mambangun kebanggaan negerinya di era globalisasi,
karena bagaimanapun juga Indonesia adalah surga kaya raya yang menjadi kebanggaan
kita semua.
Doni Apriyanto - Mahasiswa Untirta
(*)Tulisan ini pernah dimuat di kolom Wacana Publik Radar Banten Edisi 28 Maret 2013
Langganan:
Postingan (Atom)