Gencarnya laju globalisasi yang menjelma
dalam wujud triple “T” Revolution (Telecommunication, Transportation, Trade) kian hari kian kencang
menerjang seluruh negeri. Tidak bisa dipungkiri, laju perkembangan tersebut
telah memengaruhi pelbagai aspek dalam sendi kehidupan berbangsa.
Keadaan ini
tentu patut dimafhumi adanya, mengingat pesatnya perkembangan zaman yang terus
berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya di kota-kota besar dengan pertumbuhan
penduduk dan ekonomi yang terus melaju, tetapi juga di daerah-daerah yang
tersebar di pelbagai penjuru. Kini, baik kota besar maupun daerah-daerah
berkembang, hampir semuanya telah terhubung dengan laju globalisasi yang terus
menderu. Hal ini tentu baik adanya, karena dengan itu nantinya masyarakat akan
jauh lebih terdorong untuk bisa berkembang maju ke depan. Akan tetapi, agaknya patut
kita sadari bersama bahwa pesatnya arus globalisasi akan menjadi bumerang bagi
kita sendiri mana kala tidak disikapi secara arif dan bijaksana, karena hal itu
akan dapat mengarah pada tergerusnya nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa.
Karakter budaya suatau bangsa tentu menjadi hal yang
teramat vital keberadaanya. Lebih jauh, Wajiran (2012) mengatakan dalam
tulisannya yang berjudul Ancaman Invasi
Budaya Amerika bahwa kebudayaan memiliki peran penting di dalam kehidupan
manusia. Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia. Oleh karena itu, dari
kebudayaanlah seseorang atau sutau komunitas dikatakan beradab atau tidak beradab.
Sebuah negera akan dikenal dan dihormati karena keluhuran budayanya. Itu
sebabnya negara-negara maju selalu menjastifikasi keberadaban negaranya dengan
keunggulan produk budayanya. Tidak berbeda dengan itu, seluruh warga Indonesia
pun sejatinya dinilai perlu untuk bisa membangun kebanggaan terhadap negaranya
sendiri guna menguatkan eksistensi dan idealismenya dalam menyikapi arus pesat
globalisasi dunia.
URGENSI PENGUATAN NILAI-NILAI LUHUR BANGSA
Budaya memang tak ubahnya seperti
pisau bermata dua. Dengannya, kita dapat diuntungkan bila mampu menggunakannya
dengan baik. Namun, bisa juga mencelakakan mana kala kita keteteran mengelola
dan menyikapinya secara arif. Terlepas dari itu, budaya memiliki porsi yang
cukup besar dalam memengaruhi segala sektor pertumbuhan bangsa. Baik sektor
ekonomi, sosial, keamanan dan lainnya. Semuanya tidak terlepas dari pengaruh berbudaya
itu sendiri. Indonesia sebagai salah satu negeri dengan berjuta keberagaman
budaya yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur, tentu menjadi sebuah
potensi yang begitu mahal harganya guna meningkatkan harkat dan martabat bangsa
di masa depan nanti. Sayangnya, segala keberlimpahan karunia tersebut belum
mampu termanfaatkan oleh kita dengan sebaik mungkin.
Pergerusan
nilai-nilai budaya bangsa yang kian hari kian kusut karena terus-terusan
terkontaminasi budaya luar sudah tidak terelakkan lagi adanya. Parahnya lagi,
pergerusan serta degradasi yang terjadi tersebut begitu gencar menerpa para
generasi muda, yang mana kelak akan menjadi para pemimpin bangsa. Oleh
karenanya, keberadaan peran pemerintah dalam menjaga eksistensi nilai-nilai
luhur, khususnya nlai-nilai dari 4 pilar
kebangsaan menjadi penting dirasa. Penguatan akan nilai-nilai luhur bangsa tersebut
nantinya akan menjadi oase tersendiri bagi krisis yang tengah dialami oleh
bangsa kita saat ini, dimana kebudayaan yang humanis telah hilang dan menjelma
ke dalam pelbagai bentuk permasalahan seperti konflik, perseteruan dan
perpecahan yang berkepanjangan.
SINERGISITAS MEMBANGUN BANGSA
Selain proses penguatan nilai-nilai
bangsa, hal lain yang tidak kalah penting yakni membangun sinergisitas dalam
pelbagai kemajemukan yang ada. Seperti yang kita ketahui bersam bahwa Indoensia
memiliki jutaan keanekaragaman budaya dan potensi, yang sudah barang tentu akan
menjadi lebih optimal nantinya bila ditunjang dengan sinergisitas yang baik. Dalam
hal ini, pilar Bhineka Tunggal Ika
tentu menjadi salah satu pilar yang butuh diaplikasikan dengan komitmen penuh
oleh kita semua. Tanpa adanya hal tersebut, maka segala kemajemukan yang ada
bukan tidak mungkin akan menjadi akar perpecahan antar satu dan lainnya.
Untuk mendorong terciptanya
sinergisitas yang bertujuan pada terciptanya ketahanan dalam menghadapi era
persaingan global, Ittihad Amin, Z (2007: 4.61) menjelaskan bahwa setidaknya kita
perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek
kehidupan (astagrata). Kekuatan yang mencakup pada aspek geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam
seharusnya dapat dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan lagi kedepannya.
Sementara, untuk pelbagai kelemahan yang ada, perlu segera ditangani secara
komprehensif sehingga kelemahan-kelemahan yang ada tidak menjadi batu ganjalan
nantinya untuk kita membangun bangsa.
Selain
itu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterpaduan pembangunan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta sektor-sektor yang ada juga
menjadi hal penting yang harus digarisbawahi oleh kita bersama. Dengan
memerhatikan kesemua hal itu, maka sinergisitas bukan tidak mungkin akan bisa
kita capai bersama.
SAATNYA BANGGA MENJADI ANAK BANGSA
Hal terakhir yang tidak kalah
penting dalam menyikapi persaingan global yang begitu pesat nantinya adalah
mengenai mental dan semangat kita untuk bisa menjadi anak bangsa yang seutuhnya
bangga kepada negeri kita tercinta. Meskipun ini terbilang sederhana, namun
nyatanya ini adalah hal yang begitu urgen. Tidak bisa dipungkiri bahwa mental
adalah suatu hal mendasar yang dibutuhkan oleh suatu bangsa, terlebih ketika
akan masuk dalam medan persaingan global. Mental bahkan dapat dianalogikan
layaknya pendirian yang mampu meneguhkan siapa saja yang tengah kebingungan di dalam
jurang kegamangan. Tanpa mental, maka kita hanya akan menjadi bangsa yang
terombang-ambing dalam kebingungan karena tidak memiliki pegangan.
Mental tentu tidak terbentuk secara
instant. Ia perlu dibangun dan dipupuk sedini mungkin, tentunya dengan peran
aktif pemerintah, masyarakat, media serta pihak-pihak lainnya. Akhirnya, dengan
penguatan nilai-nilai luhur bangsa serta membangun sinergi secara komprehensif
dan terintegrasi yang ikut disertai oleh mental juang yang tinggi, maka bukan
tidak mungkin Indonesia akan mambangun kebanggaan negerinya di era globalisasi,
karena bagaimanapun juga Indonesia adalah surga kaya raya yang menjadi kebanggaan
kita semua.
Doni Apriyanto - Mahasiswa Untirta
(*)Tulisan ini pernah dimuat di kolom Wacana Publik Radar Banten Edisi 28 Maret 2013