Senin, 10 Februari 2014

Cipta Imaji


Judul Lukisan : "CIPTA IMAJI"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 26 Desember 2013
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)




Fire Dancing


Judul Lukisan : "FIRE DANCING"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 15 Januari 2014
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)



Liburan


Judul Lukisan : "LIBURAN"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 25 Desember 2013
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)



Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat


Judul Lukisan : "MENDEKATKAN YANG JAUH, MENJAUHKAN YANG DEKAT"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 26 Desember 2013
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)


Metropolitan-ku


Judul Lukisan : "METROPOLITANKU"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 25 Desember 2013
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)



Rainy in the Night



Judul Lukisan : "RAINY IN THE NIGHT"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 27 Desember 2013
Media Lukis : Komputer (aplikasi Paint & Picassa)


ENIGMA



Judul Lukisan : "ENIGMA"
Pelukis : Doni Apriyanto
Tanggal dibuat : 10 Januari 2014
Media Lukis : Komputer (Aplikasi Paint & Picassa)



Banten dan Internasional


Siklus masa lalu sepertinya akan kembali terulang di tanah Banten. Betapa tidak, Banten yang di masa lalu pernah berjaya di bawah pemerintahan kesultanan di Benten Lama sebagai kesultanan yang besar dan dikenal oleh dunia Internasional karena kekuatan dan kekayaan yang dimilikinya akan kembali mengulang kejayaannya dalam beberapa tahun mendatang. Jika dahulu Banten memiliki pelabuhan Karangantu yang menjadi pusat perdagangan Internasional  yang banyak disinggahi para pedagang dari benua Asia, Afrika, dan Eropa setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 (Sumber: Dokumentasi Benda Cagar Budaya dan Kepurbakalaan Provinsi Banten edisi revisi kedua), maka saat ini Banten akan kembali Berjaya dengan kembali menjadi pusat jalur perdagangan Internasional dengan berdirinya Jembatan Selat Sunda .

            Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang Banten tengah mempersiapkan diri mengencangkan tali ikat sepatu untuk dapat berlari kencang mengejar impian tersebut selama beberapa tahun kedepan. Euphoria tentang rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang ditaksir akan menjadi salah satu jembatan terpanjang di dunia pun tidak bisa di elakkan tengah berhembus kencang di wajah para masyarakat Banten saat ini. Seluruh persiapan pun kian hari kian mantap dipersiapkan dalam rangka menyambut kembalinya siklus kejayaan Banten yang pernah dirasakan ratusan tahun yang lalu.
            Situasi yang jarang-jarang terjadi ini tentu sangat diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal dan menyeluruh sehingga momentum besar ini dapat terwujud sebagai titik balik kejayaan Banten di masa mendatang dimana Banten dapat kembali tampil menjadi salah satu wajah dari pusat jalur perdagangan dunia. Menyikapi momentum ini, agak riskan memang jika kita terlarut dalam euphoria dan kesenangan semata tanpa membenahi diri menyambut datangnya kembali saat-saat bahagia itu.
            Banyak yang harus dipersiapkan oleh Banten dalam menyambut kembalinya siklus kejayaan tersebut, selain kesiapan dalam pembangunan JSS sendiri tentunya. Perpres No 86/Tahun 2011 pada 2 Desember 2011 tentang Pembangunan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda agaknya cukup jelas menggambarkan bahwa kita harus mempersiapkan diri mengenai pembangunan JSS sendiri, akan tetapi di luar itu semua nyatanya terdapat hal-hal lain yang juga mesti dipersiapkan oleh masyarakat Banten agar siklus kejayaan dapat kembali dirasakan di tanah Banten.

MEMUNCULKAN & MENGUATKAN DNA

            Kehadiran rencana pembangunan JSS yang menjadi agenda pembangunan nasional dan  juga menjadi agenda pembanguna Provinsi Banten memang telah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat luas. Beriringan dengan hal ini, tentu terdapat hal-hal lain yang juga perlu dipersiapkan dalam mengimbangi agenda pembangunan akbar tersebut. Salah satu hal yang dirasa perlu dipersiapkan adalah tentang bagaimana kita dapat kembali memunculkan serta menguatkan DNA atau ciri khusus dari masyarakat Banten itu sendiri. Hal ini tentu merupakan pekerjaan rumah yang cukup serius bagi pemerintah serta seluruh elemen masyarakat di Banten. Bagaimana tidak, ditengah-tengah perkembangan arus globalisasi yang begitu pesatnya menerpa masyarakat saat ini, baik melalui internet, media massa, elektronik dan sebagainya, tetapi kita dituntut untuk bisa tetap kembali memunculkan dan menguatkan DNA dari masyarakat kita sendiri.
            Menyikapi pekerjaan rumah tersebut, ada beberapa pilihan yang sebenarnya dapat dipilih oleh pemerintah serta seluruh elemen masyarakat di Banten untuk bisa kembali memunculkan serta menguatkan DNA dari masyarakat Banten. Yang pertama adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan adalah salah satu jalur yang dirasa strategis untuk dapat mengaktualisasikan tujuan tersebut. Mengapa ? Seperti yang kita ketahui bersama bahwa sektor pendidikan adalah sektor yang begitu erat bersinggungan dengan generasi muda yang tentu juga menjadi acuan masa depan bangsa, melalui hal ini kita dapat membudayakan serta sekaligus menyiapkan benih-benih generasi muda yang dipersiapkan untuk mampu melestarikan DNA yang kita miliki selama berabad-abad ke depan.
            Pilihan yang kedua adalah sektor budaya dan pariwisata. Kekayaan budaya dan pariwisata di Banten memang bukanlah sesuatu hal yang diragukan lagi, meskipun demikian nyatanya masih banyak hal yang belum teroptimalkan dari potensi-potensi yang kita miliki tersebut. Masih banyak potensi-potensi pariwisata yang sejatinya memiliki nilai benefit yang cukup tinggi namun menjadi kurang berarti karena tidak didikungnya faktor-faktor penunjang yang strategis seperti akses jalan dan lainnya secara baik dan menyeluruh.  Tidak berbeda jauh dengan itu, sektor budaya Banten juga memiliki nilai filosofis dan historis yang begitu mendalam, akan tetapi hal ini nampaknya masihlah belum mampu menjadi kepunyaan atau milik kita bersama. Budaya-budaya kearifan lokal masyarakat Banten dirasa masih menjadi milik sebagian orang di pedalaman, di pinggiran, atau di desa-desa dan di daerah-daerah khusus di Banten. Padahal sejatinya budaya itu bukanlah hanya untuk yang tua, tetapi juga yang muda, bukan juga hanya untuk yang di desa, tetapi juga yang di kota, serta bukan hanya untuk penduduk asli Banten, tetapi juga untuk para pendatang. Jika sektor budaya ini sudah bisa menjadi bagian dari apa yang dimiliki oleh masyarakat secara menyeluruh, maka tentu di masa depan kelak kita tidak perlu lagi khawatir akan hilangnya DNA kita.

MEMANDANG GLOBALISASI SECARA BIJAK

            Kembali pada persiapan menyambut kembalinya siklus kejayaan Banten di masa lalu, tentu hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah bagaimana untuk bisa menyiapkan diri kita menjadi bagian dari masyarakat dunia internasional. Dengan berdirinya JSS nanti, tidak bisa dipungkiri lagi tentu akan mengalihkan seluruh pandangan mata masyarakat dunia tertuju pada Indonesia dan Banten. Dengan situasi seperti ini maka keterbukaan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat akan menjadi mutlak penting adanya. Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang di pandang kolot di mata dunia nantinya karena kita tidak mampu memandang globalisasi serta apa-apa yang terjadi dan berkembang di sekitar kita secara bijaksana.
            Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah lainnya yang tidak bisa disepelekan, namun tidak juga mesti dibesar-besarkan. Mengapa ? Karena kita masih bisa berkaca pada Bali. Bali dengan segenap kekayaan dan kemelimpahan budaya yang ada nyatanya masih mampu eksis dan hadir di mata dunia dengan tetap menjadi Bali yang memandang globalisasi secara bijak dan jujur apa adanya, namun tidak kolot.
            Dengan segala macam upaya serta persiapan yang optimal, harapan untuk dapat kembalinya siklus kejayaan Banten di masa lalu agaknya merupakan hal yang sangat mungkin serta masuk akal untuk kita rasakan kembali dengan berdirinya JSS sebagai tali penghubung Banten dan Internasional, yang juga menghubungkan kejayaan Banten di masa lalu dengan sekarang.

(*) Tulisan ini pernah dimuat di Harian Umum Radar Banten edisi 11 Mei 2012

Kebanggaan di Era Global



         Gencarnya laju globalisasi yang menjelma dalam wujud triple “T” Revolution (Telecommunication, Transportation, Trade) kian hari kian kencang menerjang seluruh negeri. Tidak bisa dipungkiri, laju perkembangan tersebut telah memengaruhi pelbagai aspek dalam sendi kehidupan berbangsa. 
      Keadaan ini tentu patut dimafhumi adanya, mengingat pesatnya perkembangan zaman yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya di kota-kota besar dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang terus melaju, tetapi juga di daerah-daerah yang tersebar di pelbagai penjuru. Kini, baik kota besar maupun daerah-daerah berkembang, hampir semuanya telah terhubung dengan laju globalisasi yang terus menderu. Hal ini tentu baik adanya, karena dengan itu nantinya masyarakat akan jauh lebih terdorong untuk bisa berkembang maju ke depan. Akan tetapi, agaknya patut kita sadari bersama bahwa pesatnya arus globalisasi akan menjadi bumerang bagi kita sendiri mana kala tidak disikapi secara arif dan bijaksana, karena hal itu akan dapat mengarah pada tergerusnya nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa.
            Karakter budaya suatau bangsa tentu menjadi hal yang teramat vital keberadaanya. Lebih jauh, Wajiran (2012) mengatakan dalam tulisannya yang berjudul Ancaman Invasi Budaya Amerika bahwa kebudayaan memiliki peran penting di dalam kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia. Oleh karena itu, dari kebudayaanlah seseorang atau sutau komunitas dikatakan beradab atau tidak beradab. Sebuah negera akan dikenal dan dihormati karena keluhuran budayanya. Itu sebabnya negara-negara maju selalu menjastifikasi keberadaban negaranya dengan keunggulan produk budayanya. Tidak berbeda dengan itu, seluruh warga Indonesia pun sejatinya dinilai perlu untuk bisa membangun kebanggaan terhadap negaranya sendiri guna menguatkan eksistensi dan idealismenya dalam menyikapi arus pesat globalisasi dunia.
URGENSI PENGUATAN NILAI-NILAI LUHUR BANGSA
            Budaya memang tak ubahnya seperti pisau bermata dua. Dengannya, kita dapat diuntungkan bila mampu menggunakannya dengan baik. Namun, bisa juga mencelakakan mana kala kita keteteran mengelola dan menyikapinya secara arif. Terlepas dari itu, budaya memiliki porsi yang cukup besar dalam memengaruhi segala sektor pertumbuhan bangsa. Baik sektor ekonomi, sosial, keamanan dan lainnya. Semuanya tidak terlepas dari pengaruh berbudaya itu sendiri. Indonesia sebagai salah satu negeri dengan berjuta keberagaman budaya yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur, tentu menjadi sebuah potensi yang begitu mahal harganya guna meningkatkan harkat dan martabat bangsa di masa depan nanti. Sayangnya, segala keberlimpahan karunia tersebut belum mampu termanfaatkan oleh kita dengan sebaik mungkin.
            Pergerusan nilai-nilai budaya bangsa yang kian hari kian kusut karena terus-terusan terkontaminasi budaya luar sudah tidak terelakkan lagi adanya. Parahnya lagi, pergerusan serta degradasi yang terjadi tersebut begitu gencar menerpa para generasi muda, yang mana kelak akan menjadi para pemimpin bangsa. Oleh karenanya, keberadaan peran pemerintah dalam menjaga eksistensi nilai-nilai luhur, khususnya nlai-nilai dari 4 pilar kebangsaan menjadi penting dirasa. Penguatan akan nilai-nilai luhur bangsa tersebut nantinya akan menjadi oase tersendiri bagi krisis yang tengah dialami oleh bangsa kita saat ini, dimana kebudayaan yang humanis telah hilang dan menjelma ke dalam pelbagai bentuk permasalahan seperti konflik, perseteruan dan perpecahan yang berkepanjangan.
SINERGISITAS MEMBANGUN BANGSA
            Selain proses penguatan nilai-nilai bangsa, hal lain yang tidak kalah penting yakni membangun sinergisitas dalam pelbagai kemajemukan yang ada. Seperti yang kita ketahui bersam bahwa Indoensia memiliki jutaan keanekaragaman budaya dan potensi, yang sudah barang tentu akan menjadi lebih optimal nantinya bila ditunjang dengan sinergisitas yang baik. Dalam hal ini, pilar Bhineka Tunggal Ika tentu menjadi salah satu pilar yang butuh diaplikasikan dengan komitmen penuh oleh kita semua. Tanpa adanya hal tersebut, maka segala kemajemukan yang ada bukan tidak mungkin akan menjadi akar perpecahan antar satu dan lainnya.
            Untuk mendorong terciptanya sinergisitas yang bertujuan pada terciptanya ketahanan dalam menghadapi era persaingan global, Ittihad Amin, Z (2007: 4.61) menjelaskan bahwa setidaknya kita perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang kita miliki dalam segenap aspek kehidupan (astagrata). Kekuatan yang mencakup pada aspek geografi, sumber kekayaan alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam seharusnya dapat dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan lagi kedepannya. Sementara, untuk pelbagai kelemahan yang ada, perlu segera ditangani secara komprehensif sehingga kelemahan-kelemahan yang ada tidak menjadi batu ganjalan nantinya untuk kita membangun bangsa.
            Selain itu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterpaduan pembangunan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta sektor-sektor yang ada juga menjadi hal penting yang harus digarisbawahi oleh kita bersama. Dengan memerhatikan kesemua hal itu, maka sinergisitas bukan tidak mungkin akan bisa kita capai bersama.
SAATNYA BANGGA MENJADI ANAK BANGSA
            Hal terakhir yang tidak kalah penting dalam menyikapi persaingan global yang begitu pesat nantinya adalah mengenai mental dan semangat kita untuk bisa menjadi anak bangsa yang seutuhnya bangga kepada negeri kita tercinta. Meskipun ini terbilang sederhana, namun nyatanya ini adalah hal yang begitu urgen. Tidak bisa dipungkiri bahwa mental adalah suatu hal mendasar yang dibutuhkan oleh suatu bangsa, terlebih ketika akan masuk dalam medan persaingan global. Mental bahkan dapat dianalogikan layaknya pendirian yang mampu meneguhkan siapa saja yang tengah kebingungan di dalam jurang kegamangan. Tanpa mental, maka kita hanya akan menjadi bangsa yang terombang-ambing dalam kebingungan karena tidak memiliki pegangan.
            Mental tentu tidak terbentuk secara instant. Ia perlu dibangun dan dipupuk sedini mungkin, tentunya dengan peran aktif pemerintah, masyarakat, media serta pihak-pihak lainnya. Akhirnya, dengan penguatan nilai-nilai luhur bangsa serta membangun sinergi secara komprehensif dan terintegrasi yang ikut disertai oleh mental juang yang tinggi, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan mambangun kebanggaan negerinya di era globalisasi, karena bagaimanapun juga Indonesia adalah surga kaya raya yang menjadi kebanggaan kita semua.

Doni Apriyanto - Mahasiswa Untirta
(*)Tulisan ini pernah dimuat di kolom Wacana Publik Radar Banten Edisi 28 Maret 2013